suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
167. Apakah Ada Sifat Munafik dalam Diri Ini?

167. Apakah Ada Sifat Munafik dalam Diri Ini?

Pertanyaan dalam judul harus ada dalam diri setiap muslim, sebab munafiq adalah sifat umun yang melanda banyak manusia dan sangat mencelakakan, mengantarkan pemiliknya menjadi penghuni neraka paling dalam. Untuk terjerumus menjadi munafiq itu sangat mudah sekali, karena posisinya yang diantara mukmin dan kafir. Jika mukmin itu putih dan kafir itu hitam, maka munafiq itu adalah abu-abu, antara beriman dan kafir. Mengaku beriman,tapi hatinya mengingkari. Jika berada di komunitas kafir dengan bangga mengaku dirinya bagian dari mereka. Semua dilakukan karena kepentingan dunia semata, mencari selamat diri dengan mengorbankan keyakinannya. Ibnu Katsir ra mengatakan, Kemunafikan adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/176).

Ada teladan bagus dari sahabat bagaimana seharusnya mewaspadai virus nifak atau munafik ini. Kisah Hanzhalah dan Abu Bakr berikut ini bisa menjadi pelajaran bersama.

عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِىِّ قَالَ – وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – لَقِيَنِى أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا. فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَمَا ذَاكَ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Dari Hanzholah Al Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah saw-, ia berkata, “Abu Bakar pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakr berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?” Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakar pun menjawab, “Kami pun begitu.” Kemudian aku dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.” Rasulullah lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun wahai Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim). Apa yang dialami kedua sahabat nabi tersebut juga dialami semua manusia. Bedanya, jika para sahabat sangat khawatir menjadi munafik, tidak demikian dengan kebanyakan manusia sekarang.

            Agar selamat dari virus nifak, mengenali tanda-tandanya menjadi sangat penting dan mendesak untuk deteksi dini. Jika diantara tanda kemunafikan ada yang mulai menyerang diri,maka pencegahan dan pengobatan segera bisa dilakukan.  Sebab tidak ada jaminan seseorang  bisa selamat dari sifat nifak tersebut, orang alim pun juga sangat rentan terinsfeksi.Umar  bin Khattab ra pernah berkhutbah di atas mimbar dan dengan tegas mengatakan kekhawatirannya.

إنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ المنَافقُ العَلِيْمُ ، قَالُوْا : كَيْفَ يَكُوْنُ المنَافِقُ عَلِيماً ؟ قَالَ : يَتَكَلَّمُ بِالْحِكْمَةِ ، وَيَعْمَلُ باِلجَوْر ، أَوْ قَالَ : المنْكَرِ

Yang aku khawatirkan pada kalian adalah orang berilmu yang munafik. Para sahabat lantas bertanya: “Bagaimana bisa ada orang berilmu yang munafik?” Umar menjawab, “Ia berkata perkataan hikmah, namun sayangnya ia melakukan kemungkaran.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/490).

Tanda atau gejala awal virus nifak yang sering menyerang manusia tampa disadarinya adalah seperti yang Wahb bin Munabbih ra katakan.

من خصال المنافق أن يحب الحمد ويكره الذم

 “Di antara sifat orang munafik adalah gila pujian dan benci celaan.” (Hilyatul Auliya’, 4/41). Seorang mukmin harus menyadari bahwa hakikat pujian adalah ujian, karena fitnah (ujian) hidup itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan. Allah Swt berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya’: 35).  Pujian adalah ujian berupa kebaikan, ketika ada pujian, bisa jadi seseorang akan merasa sombong dan takjub pada diri sendiri, bahkan bisa lupa bahwa semua nikmat tersebut adalah dari Allah Swt, kemudian merasa hebat dan sombong serta lupa untuk bersyukur. Kagum terhadap diri sendiri merupakan sifat yang bisa membinasakan. Nabi saw bersabda:

ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ

Tiga hal yang membinasakan manusia: Tamak lagi kikir, mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan  ujub (takjub pada diri sendiri). (HR. Abdur Razaaq).

            Gejala awal tersebut jika dibiarkan akan menyebar dan membesar. Akibatnya, demi pujian atau menjauhkan diri dari celaan, seseorang  sanggup berlaku tidak terpuji dengan bohong atau tindakan manipulatif lainnya. Tidak menyatunya perkataan dengan perbuatan, pola pikir dan pola sikapnya sangat berbeda. Dengan lantang bersuara bahwa riba itu haram, namun dirinya menjadi praktisi kredit perbankan ribawi. Hasan Bashri ra mengatakan tentang perbuatan yang termasuk dari sifat kemunafikan,

مِنَ النِّفَاقِ اِخْتِلاَفُ القَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَاخْتِلاَفُ السِّرِّ وَالعَلاَنِيَّةِ ، وَاخْتِلاَفُ الدُّخُوْلِ وَالخُرُوْجِ

Di antara tanda kemunafikan adalah berbeda antara hati dan lisan, berbeda antara sesuatu yang tersembunyi dan sesuatu yang nampak, berbeda antara yang masuk dan yang keluar.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/490).

            Orang yang terserang virus kemunafikan (berkepribadian ganda) dan tidak bisa mengobatinya sampai tuntas, maka akan menjadi orang munafik yang sempurna. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Ada empat tanda, jika seseorang memilikinya, maka  disebut sebagai munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu:  Jika diberi amanat, khianat; jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak dipenuhi;  jika berselisih, dia akan berbuat zalim.” (HR. Muslim). Orang munafik semacam inilah yang  berhak menjadi penghuni neraka paling bawah.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.  (QS.An Nisa:145). Apakah virus tersebut ada pada diri kita? Hanya Allah Swt yang Maha mengetahuinya. Kita berlindung kepada-Nya, semoga jauh dari sifat tercela tersebut. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Trims Bu,salam balik

09 Jul
Balas

Mantaap, salam literasi

09 Jul
Balas



search

New Post